Manado-, Kabar pengunduran diri Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya (Golkar) merebak. Hal dinilai bakal berdampak pada kontestasi politik partai berlambang pohon beringin dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, November mendatang.
Misalnya di Sulawesi Utara (Sulut). Sejauh ini, diakui kedekatan Ketum Airlangga dengan petinggi Golkar Nyiur Melambai. Bahkan, dalam menghadapi pesta demokrasi mendatang, sudah banyak figur yang ‘merapat’ dengan petinggi Golkar pusat termasuk Ketum Airlangga agar mendapat ‘restu’.
“Begitulah dinamika politik. Baik di level nasional maupun daerah, kadang sulit ditebak. Berubah-ubah dan penuh misteri,” aku Rolly Toreh SH, pengamat politik dan hukum, Minggu malam.
Terkait pengunduran Ketum Golkar Airlangga, lanjut dia, merupakan hal yang lumrah. Apalagi, merujuk informasi atas kemauan pribadi. “Tentu harus menghormati keputusan beliau. Harus diakui, di tangan pak Airlangga, Golkar berkembang pesat dan semakin maju. Banyak prestasi diraih, termasuk menjadi partai yang konsisten dan dominan mengutus kader di rumah rakyat baik di pusat maupun daerah. Begitu juga prestasi kerja beliau sebagai bagian dari kabinet Jokowi,” terangnya.
Terkait dinamika politik di Sulut, Rolly bilang, tidak akan berpengaruh signifikan. Golkar partai yang besar, matang dan solid. “Semoga saja tidak berdampak besar, karena ini masa-masa yang sebenarnya krusial terutama dalam menghadapi Pilkada serentak November mendatang,” lugasnya.
Informasi yang dirangkum media ini, Airlangga Hartarto mundur sebagai Ketum Golkar pada Sabtu (10/08) malam. Airlangga menyatakan pengunduran dirinya untuk memastikan stabilitas transisi pemerintahan baru. Pun begitu, upaya konfirmasi dengan petinggi Golkar Sulut terkait mundurnya Ketum Airlangga, masih dilakukan.