BALIKPAPAN,– Calon presiden 2024 Ganjar Pranowo diangkat sebagai warga kehormatan oleh Suku Adat Dayak Kalimantan Timur.

Penyematan itu dilakukan Ketua Lembaga Adat Dayak Kenyah Kalimantan Timur, Ajang Kedung di hadapan ratusan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat di Ballroom Mahakam Swissbell Hotel Balikpapan, Selasa (5/12/2023).

“Kami sematkan pakaian adat, kami angkat Pak Ganjar, capres kita menjadi keluarga kehormatan adat Dayak Kalimantan Timur,” kata Ajeng Kedung.

Prosesi penyematan Ganjar Pranowo sebagai warga kehormatan Suku Adat Dayak Kalimantan Timur dilakukan secara sakral. Yakni mengenakan busana adat dengan narasi bahasa lokal.

“Seperangkat busana adat ini mempunyai makna, yang dijelaskan melalui bahasa adat,” paparnya.

Capres nomor urut 3 itu disematkan rompi adat yang melambangkan melindungi diri, Kalung manik (Uleng Inoq) yang berarti amanah masyarakat adat kepada Ganjar Pranowo sebagai pemimpin besar, Gelang Manik (Leko Inoq) bermakna ikatan kekeluargaan.

Sedangkan topi kebesaran adat (Bluko), memiliki arti sebagai pemimpin yang menerima amanah tokoh adat yang memegang teguh adat istiadat dari orang – orang tua dan para leluhur. Dan terakhir Mandau (Suahpuk Sauptulang) bermakna kekuatan dalam melaksanankan tugas amanah dengan berani dan berpegang teguh pada petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sementara itu, Ganjar Pranowo mengaku sangat senang dan terharu dengan penyematan tersebut. Prosesi penyematan tersebut menunjukan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

“Pendiri bangsa saat itu berpikir bahwa bhineka tunggal ika. Semua mesti dipersatukan, untuk sama-sama sejahtera. Lalu saling menghormati suku dan ras serta agama. Maka saya sampaikan terima kasih,” ujarnya.

Ia kemudian mengajak tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk bersama-sama merawat dan mengawal ke-Indonesiaan.

“Lokalitas budaya tidak boleh diabaikan. Karena di sana banyak nilai kearifan. Saya senang sekali membangun Indonesia tanpa meninggalkan budaya. Ini peristiwa yang begitu penting. Kalau kata Bung Karno, kita punya kepribadian dalam kebudayaan, maka jangan ditinggalkan,” tandasnya. (*)