MANADO, liputankawannua.com- Paham radikalisme kini menjadi musuh bersama segenap komponen bangsa. Tak hanya di Indonesia bahkan ditingkat dunia pun gerakan radikal mendapat penolakkan mentah-mentah. Terkait Organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan Lima Nusantara menggagas diskusi dilevel pelajar sebagai lapisan masyarakat yang rentan terkontaminasi paham tersebut. Digelar disalah satu hotel dibilangan jalan Sudirman, Manado, Rabu (26/2) kemarin, dialog ini mengangkat tema “Dari Madrasah dan Sekolah Menangkal Paham Radikalisme Sejak Dini” dan diikuti para santri dari beberapa madrasah dan pelajar SMAN se Kota Manado.
Tokoh muda muslim Manado Ust. Rithon igisani SHi, MA mengatakan, semua agama mengajarkan perbedaan, baik muslim, kristen, hindu, maupun yahudi. Kata dia, sebagai akademisi yang mendalami ahli tafsir Alquran dirinya menyebutkan satu ayat yang intinya menerangkan jika Allah SWT berkehendak maka dia akan menciptakan satu golongan atau satu agama saja. Akan tetapi tidak demikian, Tuhan memberi warna manusia.
“Namun, Tuhan menekankan ia memberikan akal bagi umat manusia agar dapat melakukan sesuatu hal yang baik menurut ajaran masing-masing. Radikalisme yang muncul saat ini akibat dari pemahaman agama hanya sepenggal-sepenggal saja. Padahal Tuhan seperti yang saya sebutkan tadi menciptakan akal bagi segenap manusia,”kata mantan aktivis HMI ini.
Sementara itu, tokoh muda Kristen Manado Pnt Novrianto Rorong ST menuturkan, pelajar harus jadi benteng awal dalam menahan arus paham radikalisme yang saat ini telah merasuk ke seluruh sendi-sendi. Menurutnya, radikalisme tidak mengenal fase umur setiap manusia.
“Radikalisme tidak mengenal agama. Karena dia merupakan pola pikir, semua kelompok bisa terjangkit paham yang menjadi problem besar di masyarakat. Lantaran itu, perlu diskusi-diskusi seperti ini terus menerus dilakukan, agar masyarakat khususnya teman-teman pelajar bisa saling berbagi pengetahuan tentang radikalisme,”terangnya.
Diakhir diskusi Akademisi Rahman manntu M.Hum mengurasi peristiwa gerakan-gerakan radikalisme atau extrimisme yang terjadi di Indonesia dan dunia sebagian besar dilakukan oleh anak muda. Ia mencontohkan, kejadian bom bunuh diri yang sempat menggemparkan tanah air, seperti di Jakarta, Bali dan beberapa daerah di Indonesia pelakunya setelah diungkap aparat kepolisian adalah anak muda.
“Akan tetapi hal-hal baik dan penuh kreatifitas juga banyak diciptakan oleh anak muda itu sendiri. Seperti penemuan-penemuan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya itu lahir dari anak muda. Tak hanya itu dibidang bisnis berbasis online yang sekarang lagi trend itu pendiri dan penggagasnya adalah anak muda. Sehingga naif rasanya menjustice peran kaum muda saat ini,”tandas Maman sapaan akrabnya.(mrc)
Diketahui diskusi ini melahirkan sejumlah point rekomendasi yang dihasilkan dari pikiran-pikiran para peserta serta pembicara :
1. Menjadikan Madrasah dam Sekolah di Sulawesi Utara sebagai tameng membendung masuknya paham Radikalisme
2. Santri dan siswa Sulawesi Utara siap melawan paham Radikalisme ditingkat pelajar
3. Santri dan siswa Sulawesi Utara menolak setiap gerakan Radikalisme yang masuk di Madrasah dam Sekolah
4. Santri, siswa dan organisasi pelajar di Sulawesi Utara akan selalu bersilaturahim sebagai bentuk perwujudan slogan ‘Torang Samua Basudara’