Manado,- Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) ‘teriak’. Harga sejumlah komoditi pangan, meroket. Setelah beras, lonjakan signifikan terjadi pada cabai (cabe/rica), tomat, daun bawang dan produk pangan lainnya.
Fenomena ‘harga langit’ di ujung tahun 2023, bertepatan dengan kebutuhan masyarakat yang tinggi lantaran perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Menyikapi hal itu, Institut Lembang Sembilan atau IL9, angkat suara. Mereka menilai, tidak terkendalinya harga bahan pangan di akhir tahun 2023 harus diseriusi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut.
Apalagi, sepengetahuan dia, program kedaulatan pangan menjadi salah satu fokus pemerintahan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw atau ODSK.
“Untuk itu, kami mendesak pemerintahan ODSK melakukan langkah taktis. Dimulai dari reformasi tata niaga perdagangan pangan dan pembagunan lumbung pangan sebagai penyangga ketersediaan pangan,” terang Harianto Spi, Sekretaris Umum (Sekum) IL9 Sulut kepada wartawan, Rabu kemarin.
Saran IL9, langkah tersebut harus dilakukan agar ketersediaan pangan di daerah tetap terjaga. Kenyataan akhir tahun 2023 ini, Harianto mencontohkan, harga cabai kian pedas yakni Rp150 ribu perkilogram.
“Ini merupakan gambaran belum maksimalnya program pemerintahan ODSK yang memicu inflasi daerah yang cukup signifikan,” semburnya.
Harianto juga menilai, upaya menstabilkan harga dengan cara mendatangkan rica dari luar, bukan sebagai solusi jangka panjang yang baik. Justru berpotensi menjadi bom waktu, karena ketergantungan dengan hasil pangan dari luar daerah.
“Sudah waktunya kita bangkit dengan menghasilkan pangan sendiri dengan memanfaatkan teknologi yang ada,” pungkasnya.