TOMOHON, liputankawanua.com – Covid-19 yang melanda hampir seluruh Dunia membuat seluruh masyarakat ketakutan. Namun, ganasnya penyebaran virus asal Kota Wuhan, Cina ini berhasil dilawan para pasien-pasien yang sembuh.

Kesembuhan terhadap pasien-pasien itu menepis isu yang seakan mengatakan Covid-19 adalah virus yang mematikan. Apalagi, yang diterpa virus ini merupakan orang yang punya penyakit bawaan.

Naluri membunuh Virus ini pun sudah dipatahkan oleh dr Christine Emor, salah satu pasien asal Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut). Pasien yang dirawat selama 22 hari di salah satu ruang isolasi Rumah Sakit (RS) di Kota Manado ini berhasil membuktikan bahwa Covid-19 bukan penyakit mematikan.

“Saya punya penyakit penyerta yang memperberat. Waktu dirawat juga ada gejala, demam ringan naik turun, sakit menelan, sakit/pegal otot dan tulang belakang, serta indera penciuman hilang,” ungkap Dokter yang terpapar Covid-19 pada bulan April tersebut, ketika diwawancarai wartawan LiputanKawanua.com, Kamis (4/6/2020).

Tapi, lanjut dia, berkat doa dan dukungan banyak orang menjadikan dirinya semangat untuk berjuang melawan Covid-19. “Saya fokus pada kesembuhan bukan pada cerita-cerita jelek yang timbul di masyarakat,” bebernya.

Dikatakannya, dukungan dari keluarga, teman dekat serta orang banyak itu sangat penting terhadap orang yang dinyatakan Positif Covid-19. “Itu menambah semangat bagi pasien untuk sembuh. Karena memang semangat itu pula yang jadi obat utama dalam proses kesembuhan,” jelasnya.

Untuk itu, Christine berharap, kepada seluruh masyarakat Sulut terlebih di Kota Tomohon untuk selalu mensupport orang-orang yang terpapar Corona. “Penyakit ini bukan kehendak dari orang yang positif. Siapa saja bisa terinfeksi virus ini. Jadi, jangan memunculkan stigma-stigma negatif terhadap mereka, supaya mereka boleh semangat dan diberikan kesembuhan,” pintanya.

Dia juga mengatakan, setelah kembali ke rumah dari isolasi RS, dan sudah dinyatakan sembuh menjalani isolasi mandiri lanjutan selama 14 hari. “Para pasien diharapkan akan diterima kembali oleh masyarakat. karena kami sudah sembuh. Tidak ada lagi istilah penyebar virus,” tukasnya.

Penulis: Terry Wagiu