KAWANUA Tomohon, – Penyebab pemberhentian Direktur RSU Bethesda Tomohon, dr Ramon Amiman, bersama dua wakil akhirnya terjawab.

Dari informasi, dana sentralisasi 350 hingga 500 juta menjadi pemicu 3 pimpinan RSU milik GMIM itu dicopot dari jabatannya oleh Yayasan Medika GMIM, Rabu (12/1/2022) lalu.

Hal tersebut terungkap saat ratusan karyawan menggelar aksi penolakan Plt Direktur RSU Bethesda Tomohon, Jumat (14/1/2022) di depan RSU.

Dalam aksi itu, Ns Natalia Kaligis, salah satu karyawan RSU Bethesda membacakan kronologi hingga Direktur dr Ramon Amiman, Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Kesehatan dr Ellaine Wenur M.Kes, serta dr Maryo Moningka sebagai Wakil Direktur Bidang Administrasi dan Keuangan dicopot.

Sebenarnya, Natalia mengungkapkan, Direktur sudah memberikan penjelasan secara tertulis kepada pihak Yayasan Medika.

“Tanggal 1 September 2015 saat masih pengurus Yayasan sebelumnya, Medika GMIM mengeluarkan SK terkait insentif 3% dari pendapatan, di luar tunjangan dan gaji,” ujar Natalia.

Namun, pada 21 Agustus 2020, terjadi lagi pergantian Pengurus Yayasan yang saat ini masih menjabat.

“22 Oktober 2020 RSU Bethesda Tomohon menerima surat pemberitahuan dari Yayasan. Mereka meminta hentikan sementara pembayaran hutang RS ke Kimia Farma,” kata Natalia.

Selanjutnya…

Padahal, kata dia, hutang dari Direksi sebelum RSU Bethesda Tomohon dipimpin dr Ramon Amiman itu sebelumnya diusahakan untuk dicicil.

“Direksi saat itu berusaha membayar, karena takut berefek buruk untuk Bethesda. Tapi dari yayasan meminta untuk menghentikan pembayaran,” bebernya.

Kemudian, lanjut dia, di tanggal 19 Nov 2020, Direksi rapat bersama Yayasan, bahwa insentif direksi dihapus dan tunjangan dinaikkan. 24 November 2020, RS terima SK tentang tunjangan struktural yang sudah dinaikan.

“Saat itu, Direksi dibawa kepemimpinan Pak Ramon Amiman mempertimbangkan hal itu dan tetap mengambil hak Insentif namun tidak menerima hak direksi yang lain, seperti hak rumah, air listrik dan lain-lain,” jelasnya.

Sebenarnya, kata Natalia, dr Ramon Amiman mengambil kebijakan yang baik, seperti pemberian insentif. Menurutnya itu menggenjot kinerja.

“Contohnya jika RS bagus atau jelek, sama-sama terima tunjangan. Itu tidak efektif. Tapi, kalau diberlakukan insentif, jika kinerja buruk, itu tidak dibayarkan,” bebernya.

Selain itu, Natalia melanjutkan, pada Januari 2021, Direktur melaksanakan rapat dengan Yayasan. Dan sesuai kesepakatan, RSU Bethesda Tomohon wajib menyetor dana senilai 3.250.000 ke Yayasan medika perTahun, atau 270,833.000 per bulan.

“Namun, pada tanggal 3 Maret 2021, kami menerima surat penegasan tentan sentralisasi RS ke Yayasan sebesar 350 Juta per bulan. Hal itu tidak sesuai kesepakatan sebelumnya,” terang Natalia.

Selanjutnya…

Dikatakan, tanggal 12 April 2021, RS menerima pemberitahuan tunggakan sentralisasi sebesar 900 Juta, untuk segera menyelesaikan pembayaran.

“Nah, pihak RSU memang belum melaksanakan pembayaran, karena dinilai tidak sesuai kesepakatan hasil rapat sebelumnya,” ujarnya.

Menurut dr Ramon Amiman saat itu, kesempatan sentralisasi RKP itu akan dibawa ke sidang sinode tahunan. Kesepakatan dari seluruh unit-unit RSU Bethesda Tomohon, mendapat kewajiban sentralisasi senilai 3,2 M per tahun.

“Jadi RSU Bethesda belum melakukan penyetoran sentralisasi karna tidak sesuai kesepakatan hasil rapat. Yang ke dua tidak sesuai hasil sidang,” terangnya.

Pada 12 April 2021 RS menerima surat pemberitahuan untuk pengembalian insentif sebesar 3% dari Direksi sesuai SK terbaru.

Namun, pada Tanggal 28 april 2021, karena pihak Yayasan Medika tidak memberikan pemberitahuan terkait jumlah sentralisasi yang sudah diluar kesepakatan tersebut, maka RSU melakukan pembayaran sentralisasi atau kontribusi kepada yayasan sesuai kesepakatan yakni 270 Juta, bukan 350 Juta seperti yang dituntut Yayasan.

“Itu dibayarkan RSU selama 3 bulan, Januari sampai Maret. 28 april itu dilakukan 270 kali 3. Namun setoran itu di potong dengan permintaan Yayasan sebesar 500 Juta di awal saat akan melakukan SMST. Jadi dipotong 500 Juta itu sudah termasuk sentralisasi,” terang Natalia.

Meski begitu, Pada tanggal 3 Mei 2021, RSU menerima SP1, tentang pengembalian insentif sebesar 3% dan tunggakan sentralisasi senilai 350jta per bulan.

Selanjutnya…

Dua Minggu kemudian, kata dia, RS terima SP2, dengan surat peringatan yang sama. Dan pada 29 Mei 2021, RS Bethesda Romohon mengirimkan surat mengenai kesediaan mengembalikan insentif 3%.

2 Juni 2021, RS menerima surat pemberitahuan tentang penyelesaian pengembalian insentif tersebut sampai pembukuan 2021, dan terlampir jumlah sesuai perhitungan dari Yayasan 890.193.866, dan disetorkan ke rekening Yayasan Medika GMIM.

5 Juni 2021, RS mengirimkankirim surat ke Yayasan tentang jumlah insentif yang sudah di terima. “Dalam surat itu dijelaskan Direksi tentang ketidak sesuaian dengan perhitungan. Serta mengatakan akan dikembalikan ke rekening operasional RS. Bukan ke Yayasan,” jelasnya.

Kemudian, Natalia menerangka pada 7 Oktober sampai 30 Desember 2021, RS mulai membayar sentralisasi ke Yayasan, 350 Juta per bulan dimulai dari April 2021 dan sisa tunggakan dari Januari sampai Maret tetap dibayar ke Yayasan.

Pelunasan sentralisasi dari januari sampai desember di lunasi RSU Bethesda Tomohon. “Nah, pihak Direksi dibawa pimpinan dr Ramon Amiman menyetor itu lunas. Bukti setoran semua ada,” tegas Natalia.

Tanggal 5 Januari 2022 Rs mengirimkan surat pemberitahuan kepada yayasan tentang penjelasan telah melakukan pelunasan.

“Baik pengembalian insentif dan pembayaran sentralisasi. Dan dipotong dengan tunjangan yang baru sesuai SK Yayasan Medika GMIM,” terang Natalia.

Saat itu juga, lanjut dia, pihak Rumah Sakit menerima surat dari Yayasan tentang penyelesaian pelunasan insentif bahwa harus sesuai dengan perhitungan Yayasan. Dan bukan sesuai dengan bukti tanda terima. Dan disetor ke rekening Yayasan.

“Meski begitu, pada 6 Januari, direksi memutuskan untuk menyetor dana tersebut ke rekening Yayasan. Itu langsung ditransfer,” ungkapnya.

Namun disayangkan, pada 12 januari 2022 pukul 9 pagi, masing-masing direksi termasuk dr Ramon Amiman menerima surat undangan yang berisi penindak lanjutan hasil rapat dari hasil keputusan pembina, pengawas dan pengurus Yayasan Medika.

“Isinya untuk menghindari ibadah pelantikan dan serah terima Plt direktur dan Plt wakil unit pelayanan kesehatan GMIM di hari yang sama pukul 10, di Ruang Lukas RSU GIMIM Pancaran Kasih Manado. Dengan membawa dokumen serah terima. Undangan ini tanpa pemberitahuan sebelumnya,” tandas Natalia.

Lanjut dikatakannya, selain dari beberapa hal di atas, RSU Bethesda Tomohon yang dipimpin dr Ramon Amiman pernah menerima pemberitahuan hasil rapat pembina, pengawas dan pengurus Yayasan Medika GMIM.

Isinya, kata dia, sebagai bentuk kebersamaan unit dalam menanggulangi masalah likuiditas RSU GMIM Siloam Sonder, maka diminta bantuan dari RSU Bethesda Tomohon.

“Pihak RSU Bethesda Tomohon bahkan memberikan bantuan ke Rumah Sakit lain. Saat itu memberikan bantuan senilai 300 juta dan di transfer,” pungkas Natalia.

Tanggapan Yayasan Medika

Sementara itu, Wakil Sekretaris Yayasan Medika GMIM, yang juga selaku Plt Direktur RSU Bethesda Tomohon DR dr. Yanti Langi pengganti dr Ramon Amiman, membenarkan kronologi yang diungkapkan Natalia terkait masalah yang sebenarnya di Bethesda.

“Kronologis yang disampaikan itu benar, tapi ada penjelasannya. Pertama, dari evaluasi Yayasan, jika ada masalah mengenai keseragaman pengelolaan keuangan,” ungkap Yanti.

BACA JUGA: 3 Direktur RSU Bethesda Tomohon Dicopot Sekaligus, Windy Lucas: Karena Miskomunikasi

Sehingga, kata dia, Yayasan Medika GMIM memutuskan kerjasama dengan eksternal atau pihak independen untuk menyelidiki pengelolaan di semua RS dan Unit milik GMIM.

“Jadi terkait dengan keberadaan insentif 3%, ketika disetujui mengenai TGR berarti telah melakukan kesalahan. Dan melakukan TGR sekian ratus juta.
Yang jadi masalah, Yayasan bertanggung jawab apakah sumber TGR itu dari pribadi atau pemindahan kas Rumah Sakit,” kata dia.

Sehingga yayasan mengatakan, untuk sementara pengembalian TGR itu masuk ke rekening yayasan untuk disimpan.

“Setelah faktor eksternal selesai bekerja, dan mengatakan bahwa betul itu bukan uang rumah sakit maka akan dikembalikan. Yayasan tidak pakai, jika diperiksa sesuai aturan akan dikembalikan,” ucapnya.

BACA JUGA: 3 Direktur Diganti, Peti Mati dan Krans Hiasi Pintu Gerbang RSU Bethesda Tomohon

Dia kemudian memberikan pernyataan terkait kenaikan sentralisasi yang tidak sesuai hasil kesepakatan. Sentralisasi diakonia RSU Bethesda 350 juta dan dinaikkan 500 juta, menurutnya, tidak diam di kas Yayasan.

350-500 Juta itu tidak berdiam di khas Yayasan, tapi di setor di Sinode untuk menutupi gaji pelayan gereja, pendeta dan guru agama. Kamu mo tau itu (kalian tau itu),” tukas dr Yanti Langi yang juga sebagai Wakil Sekretaris Yayasan Medika GMIM itu.