Oleh : Ir Vickner Sinaga MM

Sudikah kembali turun gunung?. Pertanyaan bernada ajakan. Menggodaku dari rehat panjang, menikmati masa pensiun.

Menulis, motivator tentu bersenda gurau bersama cucu. Lalu, kujawab beri waktu dua minggu. Haruskah aktif lagi seperti dulu?.

Diskusi dengan keluarga inti. Empat putri menolak. Empat menantu setuju. Mendorong untuk menerima tawaran itu. Skor imbang, 4-4. Tinggal satu lagi, putera Alfredo.

“Kita minta petunjuk Tuhan,” ujarnya.

Tiap orang sudah punya ‘blue print’ kehidupan. Jika Yang Maha Kuasa berkata ‘ya’, pasti jadi. Jika ‘tidak’, pasti akan ada halangan. Coba dijalani saja dulu. Kini skor 5-4. Maka awal tahun 2022, kumulai perjalanan itu. Kemana?. Kalimantan Utara.

Bersiap, untuk ikut berkontestasi di pemilihan legislatif Februari 2024. Apa tidak kejauhan?. Apa fisik kuat?. Apa tak akan kesulitan nanti?. Tidak ada kata ‘sulit’, tapi “menantang”.

Tekad itu menyatu dengan kesungguhan untuk menggapai tujuan. Bukan untuk kepentingan pribadi. Lebih jauh, agar tetap ‘berguna’ bagi NKRI.

Berbuat bagi sesama, di ujung-ujung negeri. Berbuat dan berjuang agar daerah perbatasan bukan lagi terluar, terpencil dan tertinggal.

Setara dengan saudara nya di seluruh nusantara. Dan jika mungkin, lebih maju. Pun dari negara tetangga. Mungkinkah?

Kilas balik lebih di awal tahun 2001. Pindah tugas, ke Borneo. Pasca 20 tahun ikut membangun SUTET, GITET dan Control System di Jawa.

Terjun bebas, dari sisi intalasi teknologi tinggi 500 kV, ke 150 kV, bahkan 20 kV dan 380 Volt saja. Namun, tak masalah. Kuncinya di etos kerja. Waktu berlalu, kemudian memimpin PLN se Indonesia Timur. Terilhami cara pandang baru.

Daerah terluar, perbatasan harus dipandang sebagai “beranda” NKRI. Lalu, kucanangkan tekad “listrik beranda nusantara harus lebih baik dari tetangga”.

Dengan kerja keras, ikhlas dan cerdas, impian itu tercapai. Listrik di perbatasan Indonesia Timur lebih baik dari tetangga. Ini testimoninya.
Papua.

Listrik di perbatasan memanjang dari Jayapura hingga Merauke. Sudah lebih baik dari tetangga Papua Nugini. Pernah melintas ke kota terdekat, Vanimo, ibukota Propinsi Sandaun.

PLN Papua lebih hebat. Perusahaan listrik Vanimo, minta dipasok dari Jayapura. Akan lebih murah.

Kini di Papua ada PLTU, juga PLTA, sedang di Vanimo, Papua Nugini hanya PLTD berbahan bakar solar. Pernah juga melintas ke Timor Leste. Idem, Harga listrik Timor Indonesia lebih rendah dibanding Timor Leste. Pun kualitas sebab sdm dan etos kerja unggul.

Bagaimana dengan Sulawesi Utara?. Lebih wah. Sulut punya, PLTU, PLTA pun Pembangkit Listrik Panas Bumi, PLTP besar, Lahendong. Juga listrik di Pulau Miangas, sebagai beranda NKRI, lebih baik dari pulau terdekat di Pilipina. Di Miangas, selain diesel, juga memiliki Pembangkit Surya dan Pembangkit Biomas sekala kecil. Memanfaatkan limbah batok kelapa.

Nusa Tenggara Barat apa ada kelebihannya dibanding Australia?. Ada. NTB punya kabel laut tegangan menengah 20 kV. Empat pulau dijahit. SKLTM ditanam dibawah laut. Dari Pulau Lombok, ke Gili Terawangan, ke Gili Meno, Gili Air, lalu balik ke Lombok. Melingkar, sehingga lebih andal. Bagaimana dengan listrik Kalimantan Utara?. Apa lebih baik dibanding Serawak?. Ya.

Buktinya?. Kunjungan kami kala itu ke Tawao. SEB, Serawak Energy Berhard, hanya memiliki Diesel berbahan bakar solar. Sedang beranda NKRI, Nunukan, dipasok dari Borneo lewat kabel laut 20 kV. Tetangga tak punya kabel laut.

Pembangkitnya pun berbahan bakar Gas. PLTMG, Beranda NKRI, lebih hebat bukan? Kecamatan terluar, salah satunya Krayan. Ada karya fenomenal disana. Kunjungan dinasku di hari Minggu, yang juga hari kebangkitan nasional 20 Mei 2012. Krayan masih tanpa PLN.

Selang 5 bulan, PLN terbentuk dan melayani sepenuh hati. Sehari sebelum Hari Sumpah Pemuda. Sabtu 27 Oktober 2012, di Hari Listrik Nasional itu, PLN sudah beroperasi disana. Kata kuncinya, Tekad & Kesungguhan.

Wujud bentuk kecintaanku ke daerah perbatasan itu, Pembangkit Tenaga Air disana kuberi nama PLTM Beranda 1 & PLTM Beranda 2. Kami resmikan bersama Camat elegan, Samuel alm.
Bunyu. Tadinya 100% PLTD. Solar dibawa dari Balikpapan. Pegawai, empat puluhan. Maklum, operator harus tiga shift. Sangat mahal biaya pembangkitannya. Lalu kuminta, agar disewa saja Mesin gas. PLN beli listriknya saja. Gasnya sudah ada sejak zaman dulu oleh Pertamina.

Murah. Lalu, kWh meter seluruhnya diganti kWh ‘prabayar’. Jumlah staf distribudi dan pelayanan pelanggan pun turun drastis. Biaya usaha turun menjadi sepertiganya. PLN dari rugi menjadi untung.

Lalu, pegawai diminta menjajakan listrik murah berlebih itu. Alhasil, semua bangunan di Bunyu 100% berlistrik. Tak ada pulau di Serawak sehebat itu. Ternyata, beranda bisa lebih baik dari tetangga.

Kembali ke panggilan ibu pertiwi yang menggugah nurani. Beranda masih kalah di banyak sektor. Pasokan gas dan Sembako misalnya. Kesehatan dan pendidikan. Ayo, kita wujudkan jika Beranda Nusantara bisa lebih baik dari Tetangga. Di semua sektor. Jika kompak, kita bisa. Kutulis di Tarakan, Kaltara akhir Agustus 2023.(*)