Oleh: Wenshi (Ws) Sofyan Jimmy Yosadi, SH. (Dewan Pakar Pengurus Pusat MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia), Pengurus FKUB Sulut, Advokat)

Tahun Baru Imlek dalam keyakinan umat Khonghucu bukan sekedar tradisi budaya Tionghoa semata. Ada banyak ritual persembahyangan sebelum tahun baru Imlek hingga 15 hari sesudah tahun baru Imlek yang dinamakan Capgomeh.

Tahun baru Imlek adalah hari Raya Umat Khonghucu sebagaimana tersurat dalam Kitab-Kitab Suci agama Khonghucu Ru Jiao Jing Shu. Hal menyangkut tahun baru Imlek tidak dijumpai dalam kitab suci agama lain seperti kitab suci agama Buddha maupun Tao.

Spiritualitas, Ritual keagamaan yang tentu ada banyak hal menyangkut tradisi budaya Tionghoa dimana agama Khonghucu berasal dari Tiongkok dan menyebar keseluruh dunia. Maka aspek budaya Tionghoa tentu sangat kental dan mengalami akulturasi dengan budaya setempat dimana agama Khonghucu menyebar ke seluruh dunia.

Tahun 2024 ini, Hari Raya Tahun Baru Imlek 2575 jatuh pada hari Sabtu tanggal 10 Februari 2024. Angka 2575 dihitung dari usia Nabi Agung Kongzi (Khongcu, Confucius) yang lahir tahun 551 sebelum Masehi ditambah tahun Masehi 2024 maka didapat angka 2575.

Ritual persembahyangan dan persiapan merayakan hari raya sudah dimulai sejak dua minggu sebelum Tahun Baru Imlek yang dirayakan hari Sabtu, 10 Februari 2024.

Pembersihan Altar persembahyangan Kan (Kham) dan visualnya Jinshen (Kimsin, dialek Hokkian) atau arca, patung, juga Foto atau gambar jelang perayaan tahun baru Imlek.

Rumah-rumah mulai dibersihkan, Klenteng-Klenteng mulai dibersihkan & dipercantik dengan pemasangan banyak lampion dan pernak-pernik. Selain dibersihkan juga mulai di cat agar nampak baru dan bersih.

Altar persembahyangan Kan (Kham, dialek Hokkian) bagi Para Shenming (Sien Beng) dan Nabi Purba (Sheng Huang) dan Para Raja Suci (Sheng Wang), serta orang-orang suci (Sheng Ren), Nabi Kongzi (Khongcu) dengan berbagai visualnya baik berupa Jinshen (Kimsin, dialek Hokkian) atau arca, patung, juga Foto atau gambar.

Demikian pula, altar leluhur dan orangtua yang telah meninggal dunia, Shenzhu Kan (Sienci Kham, dialek Hokkian) juga dibersihkan. Di rumah sayapun melakukan hal yang sama, mulai bersih altar, cuci arca hingga memasang pernak pernik. Rangkaian perayaan tahun baru Imlek sudah dimulai. Kesiapan lahir batin, terutama menjadi sesuatu yang selalu baharu selalu digelorakan. Barang barang bekas dan tidak terpakai wajib dibuang. Menjaga kebersihan sebagaimana bersih lahir batin jasmani maupun rohani.

Setelah semuanya dibersihkan maka dimulailah rangkaian ritual persembahyangan jelang perayaan tahun baru Imlek. Tepat seminggu sebelum tahun baru, Umat Khonghucu melaksanakan kewajiban ibadah, Sabtu 03 Februari 2024 bertepatan Shieryue Ershisiri, tanggal 24 bulan ke-12 penanggalan Yīnlì (Imlek) mengadakan persembahyangan kepada Malaikat Dapur, dalam persembahyangan khusus Song Zaojun Shang Tian yang dimaknai sebagai saat Malaikat Dapur Zhao Jun (Coo Kun, dialek Hokkian) “menghadap” Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi Tionghoa Manado menyebutnya sebagai hari “Tapikong naik”.

Bertepatan pula hari tersebut, umat Khonghucu melaksanakan kewajiban sosial dengan beramal membantu sesama saudara seiman dan yang berkekurangan agar dapat turut ceria menyambut tibanya tahun baru Imlek. Momentum ini dikenal sebagai Hari Persaudaraan, Ersi Sheng An (Ji Si Siang An, dialek Hokkian). Kegiatan persembahyangan dan beramal ini dilaksanakan di Klenteng maupun di rumah.

Sehari menjelang tahun baru Imlek, tepatnya hari Jumat tanggal 9 Februari 2024, di pagi hari dilaksanakan persembahyangan kepada Leluhur dan orangtua serta keluarga yang telah meninggal dunia. Diatur altar khusus yang menyajikan makanan minuman sebagai tanda lalu Bakti Xiao (Hauw, dialek Hokkian).

Dalam keyakinan agama Khonghucu pemberian sajian makanan minuman dalam persembahyangan bukan bermaksud memberi makan orang-orang yang telah meninggal dunia seperti halnya saat sembahyang Qing Ming (Cheng Beng, dialek Hokkian) ziarah ke pekuburan. Demikian pula saat bersembahyang di altar di rumah maupun di Klenteng, sajian makanan minuman bukan untuk memberi makan kepada Para Shen Ming (Sien Beng).

Berkaitan dengan hal ini terdapat penjelasan sebagaimana yang tersurat dalam kitab suci agama Khonghucu.

Nabi Kongzi bersabda,” Terhadap orang yang telah mati, bila memperlakukannya benar-benar sama sekali sudah mati, itu tidak berperi Cinta Kasih, maka jangan dilakukan. Terhadap orang yang sudah mati , memperlakukannya seperti benar benar masih hidup , itu tidak bijaksana dan janganlah dikerjakan….”
(Kitab Li Ji Catatan Kesusilaan : II A. II : 3 )

Sesungguhnya kewajiban ibadah persembahyangan kepada para leluhur, orangtua dan keluarga yang telah meninggal dunia merupakan perintah agama, sebagaimana halnya penjelasan dalam ayat suci :

“Nabi Kongzi bersabda : Pada Saat orang tua masih hidup layanilah sesuai dengan kesusilaan. ketika meninggal dunia makamkanlah sesuai dengan kesusilaan dan sembahyangilah sesuai kesusilaan. (Kitab Lun Yu Sabda Suci Jilid II : 5.3.)

Lebih lanjut Nabi Kongzi bersabda : “Hati-hatilah pada saat orang tua meninggal dunia dan jangan lupa memperingatinya sekalipun telah Jauh. Dengan demikian rakyat akan tebal kebajikannya” (Kitab Lun Yu Sabda Suci Jilid I : 9.)

Dalam pengaturan persembahyangan tidak ditentukan besar kecilnya apalagi menunjukkan kemewahan. Substansinya lebih kepada rasa hormat, kesusilaan, keikhlasan dan rasa hormat.

Nabi Kongzi Bersabda : “Di dalam upacara sembahyang, daripada mewah mencolok lebih baik sederhana. Di dalam upacara duka, daripada meributkan perlengkapan upacara, lebih baik ada rasa sedih yang benar”
(Kitab Lun Yu Sabda Suci Jilid III : 4).

Nabi Kongzi bersabda : “Pada waktu sembahyang kepada leluhur, hayatilah akan kehadirannya dan waktu sembahyang kepada Tian(Tuhan) Yang Maha Rokh, hayatilah pula akan kehadirannya. Kalau Aku tidak ikut sembahyang sendiri, Aku tidak merasa sudah bersembahyang.”
(Kitab Lun Yu Sabda Suci Jilid III : 12)

Makna Laku Bakti dalam ajaran agama Khonghucu sangat penting, menjadi “way of life” bangsa Tionghoa walaupun bukan beragama Khonghucu, hal ini disebabkan karena ribuan tahun di Tiongkok sejak era Dinasti Han (220 sebelum Masehi) hingga Tiongkok menjadi Republik, agama Khonghucu menjadi “State Religion” agama Negara dan ujian para sarjana mewajibkan menguasai teks utama kitab suci agama Khonghucu.

Dalam Kitab Xiao Jing (Hauw Keng) tersurat :
“Nabi Kongzi bersabda : Sesungguhnya Laku Bakti itu ialah pokok Kebajikan. Daripadanya ajaran agama (Jiao) berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut dan kulit diterima dari ayah dan bunda, maka perbuatan tidak berani membiarkannya rusak dan luka itulah permulaan Laku Bakti. Menegakkan diri hidup menempuh Jalan Suci (Dao), meninggalkan nama baik di jaman kemudian sehingga memuliakan ayah bunda, itulah akhir Laku Bakti (Xiao). Adapun Laku Bakti itu, dimulai dengan melayani orangtua, selanjutnya mengabdi kepada pemimpin (nusa, bangsa dan negara) dan akhirnya menegakkan diri”

Malam hari jelang perayaan tahun baru Imlek, hari Jumat tanggal 9 Februari 2024, tradisi budaya makan bersama keluarga dilakukan di rumah orangtua atau kalau orangtua sudah meninggal dunia dilaksanakan di rumah saudara tertua atau dituakan. Orangtua, anak dan cucu serta kerabat dekat berkumpul untuk makan bersama dengan makna mempererat hubungan kekeluargaan. Berharap tidak ada masalah diantara keluarga atau jika ada masalah pertikaian diselesaikan di meja makan saat semua bergembira menyambut perayaan tahun baru Imlek.

Kemudian setelahnya bersembahyang bersama di altar di rumah dan dilanjutkan bersembahyang di Klenteng berjumpa dengan teman dan sahabat. Bergembira bersama dimalam tahun baru Imlek. Saat itupula ada tradisi budaya menyalakan kembang api atau mercon. Tradisi budaya Tionghoa selama ribuan tahun dengan makna spiritual mengusir hal yang jahat dan hawa jahat atau orang-orang yang bermaksud jahat. Bukan sekedar pesta pora belaka.

Tahun baru Imlek, sabtu tanggal 10 Februari 2024, diadakan ungkapan syukur tahun baru Imlek di rumah masing-masing. Sebagian melaksanakan “open house” sebagaimana halnya tradisi setiap tahun yang saya lakukan sebagai wujud membagi berkat diawal tahun baru dengan menyediakan makanan minuman bagi mereka yang datang “pasiar” berkunjung ke rumah umat Khonghucu.

Sesudah tahun baru dilaksanakan pula berbagai ritual persembahyangan. Sehari sesudahnya, Minggu tanggal 11 Februari 2024, dilaksanakan persembahyangan bagi Malaikat atau Shen Ming (Sien Beng) yang dalam tradisi Tionghoa Manado menyebutnya sembahyang Tapikong Dagang. Sembahyang wajib bagi para pedagang, pengusaha juga para profesional seperti dokter, notaris, Advokat, dll dengan maksud bersyukur atas tahun yang sudah lewat dan berdoa bermohon berkat disepanjang tahun.

Pada hari Senin dan Selasa, tanggal 13 dan 14 Februari 2024 dilaksanakan ritual persembahyangan yang dimaknai sebagai saat Malaikat Dapur Zhao Jun (Coo Kun) turun. Disebut pula dalam tradisi Tionghoa Manado sebagai hari Tapikong turun. Dilaksanakan senin malam dan selasa pagi. Ada tradisi khusus umat di TITD Klenteng Ban Hing Kiong Manado dilaksanakan ritual Poa Pwee bertanya kepada Shen Ming (Sien Beng) untuk pelaksanaan upacara sembahyang Capgomeh. Dilaksanakan pada hari Selasa pagi tanggal 14 Februari 2024. Tahun ini bertepatan saat dilaksanakan pemilihan umum serentak.

Dulu, tradisi ratusan tahun ini hanya ada di Klenteng Ban Hing Kiong yang kemudian tradisi ini ditemukan juga di Klenteng di daerah lain misalnya Bitung, Gorontalo dll. Dalam naungan lembaga keagamaan Perhimpunan Tempat Ibadat Tridharma (PTITD). Saat ini khusus dimulai sejak tahun 2010, Klenteng Kwan Kong TITD Kwan Seng Ta Tie Manado melaksanakan ritual Capgomeh keluar ke jalan raya “Pasiar Tapikong” setiap tahun (kecuali saat Pandemi Covid 19 dengan adanya pembatasan) tanpa lagi memperhatikan dan mengacu kepada ritual Poa Pwee.

Hari Sabtu tanggal 17 Februari malam hari, dilaksanakan sembahyang besar kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Yakni sembahyang Jing Tian Gong (Keng Thi Kong, dialek Hokkian) atau tradisi di masyarakat Tionghoa menyebutnya sembahyang Tian Gong, Ti Gong. Dilaksanakan saat tanggal 8 bulan 1 Imlek malam hari jelang tanggal 9 bulan pertama penanggalan Yinli (Imlek).

“Nabi Kongzi bersabda : Maha besarlah kebajikan Qui Shen (Kwi Sien) Tuhan Yang Maha Rokh. Dilihat tidak nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap sujud bersembahyang kepada-Nya. Sungguh Maha Besar Dia, terasakan di atas dan di kanan kiri kita. Di dalam Kitab Shi Jing (Si King) tertulis, adapun kenyataan Tuhan Yang Maha Rokh itu tidak boleh diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan. Maka sungguh jelas sifat-Nya yang halus itu, tidak dapat disembunyikan dari Cheng (Sing) keimanan kita. Demikianlah Dia”
(Kitab Zhong Yong Tengah Sempurna Bab XV).

Pada hari Kamis tanggal 22 Februari 2024, diadakan ritual persembahyangan hari suci Para shen Ming (Sien Beng) terlebih khusus bagi Kongco Guan Gong (Kwan Kong).

Pada hari Sabtu, tanggal 24 Februari 2024 dilaksanakan persembahyangan besar sebagai puncak perayaan tahun baru Imlek yakni Yuan Xiao (Goan Siau) yang disebut pula Capgomeh atau hari ke lima belas. Sembahyang besar kehadirat Huang Tian Shang Di (Hong Tian Siang Tee) Tuhan Yang Maha Besar Maha Kuasa Maha Agung ditempat yang Maha Tinggi. Sembahyang pula kepada Para Shenming (Sien Beng) dan Nabi Purba (Sheng Huang) dan Para Raja Suci (Sheng Wang), serta orang-orang suci (Sheng Ren) dan Nabi Kongzi (Khongcu).

Suasana beberapa Klenteng di Kampung Cina Manado jelang perayaan tahun baru Imlek dengan pemasangan lampion dan Klenteng yang sudah dibersihkan kembali.

Dalam tradisi Tionghoa Manado saat Capgomeh dilaksanakan upacara besar yang disebut “pasiar Tapikong” sebagai wujud hari kebesaran dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan pemberian berkat dari para Shen Ming (Sien Beng) yang berkeling jalan raya dan melakukan ritual pengorbanan.

Makna ritual persembahyang dalam rangkaian perayaan tahun baru imlek ini memberikan pemahaman bahwa tahun baru Imlek bukan sekedar adat tradisi budaya Tionghoa semata tapi terkandung makna Spiritualitas, dengan berbagai ritual persembahyangannya.

Saat momentum tahun baru Imlek adalah saat kontemplasi, introspeksi diri dan pembinaan diri. Namun, bagi umat Khonghucu dimaknai bahwa proses membina diri, introspeksi diri menjadi “manusia yang baru” bukan hanya saat tahun baru Imlek. Tapi dilaksanakan setiap saat setiap waktu, sebagimana ayat suci yang tersurat dibawah ini :

“Tang Zhi. Pan Ming. Yue ; Gourixin, ri ri Xin. You ri Xin. Pada Tempayan Raja 湯 Tāng terukir kalimat : Bila Suatu hari dapat memperbaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya”
(Kitab Da Xue (Thay Hak) Ajaran Besar Bab II : 1 )