Oleh: Vickner Sinaga

MOMEN di akhir Februari itu tak akan mudah dilupakan. Aksi dua cucu lelaki. Aku dan isteri mendarat di Bandara Internasional Soetta, disambut spanduk mini bertuliskan “Welcome Home, ompung”. Penyejuk jengkelnya hati paska kontestasi. Proses dan hasil pileg yang jauh dari akal sehat.

Tapi, sudahlah. Sejarah akan mencatat gawe yang “agak laen” ini.

Yang pasti, amanah partai, berjuang untuknkursi di parlemen sudah maksimal. Belum berhasil, berarti belum jodoh. Mungkin jodoh kader berikutnya di periode mendatang. Unjuk rasa para cucu serasa lengkap dengan sapaan puteri sulung, Ruth Aurelia. Apa yang papa tabur disana, takkan sia-sia, ujarnya.

Ada benarnya. Dalam dua minggu, dapat undangan sebagai motivator agenda Capacity Building di rapat kerja empat instansi. Pertama, di Bali. Klop, Ngajar sambil refreshing. Acara kedua di Batam. Beroleh benefit ganda juga. Sharing & shopping. Ketiga, Kupang. Presenter berkuliner.

Terakhir Manado. Berbagi dipantai Nyiur Melambai. Jengkel di kontestasi, perlahan terobati.

Waktu berlalu. Maret lewat. April pun menghampiri. Niat awal silaturrahmi. Beroleh benefit ganda. Dahlan Iskan, juara konvensi Presiden Partai besar itu, membalas w/a ku.

Bareng nginap ya, jawabnya. Pak Dis, sedang dimanakah?. Kucari info dari sang asisten yang lagi cuti di bumi Pasundan. Lokasi menyepi sang legenda multitalent itu dikirim Sahidin. Daerah Pacet, Mojokerto. Mendarat di Bandara Juanda, lanjut 2 jam berkendara ke agrowisata seluas 5 hektar itu. Beroleh benefit ganda lagi. Ikut panen buah naga, jambu, hingga klengkeng paling manis se Asia Pacific, menurutku. Begitu alami.

Gemercik air sungai mengiringi. Dari pagi hingga malam hari. Ngobrol berempat. Nostalgia di perusahaan setrum itu. Uniknya Borneo, indahnya Nusa Tenggara, mahakarya di Papua, kejamnya ibukota dan suka duka di pojok-pojok negeri.

Pagi hingga siang di hari kedua, jogging memutari kebun. Ada deretan kata kata bijak berenersi. Luapan nurani pak Dis. Tersebar di berbagai tempat. Jelang petang, berniat kembali ke Surabaya lanjut terbang ke ibukota. Namun ada info, flight fully book. Semua penerbangan hari itu, pun esoknya, penuh. Solusinya? Naik mobil saja. Patuh akan SOP. Berarti butuh dua supir, gantian. Ngobrol dengan petugas di booth SPKLU PLN, di rest area, menanti supir kedua tiba dari Surabaya. Lalu perjalanan berlanjut. Tiba di Jakarta pas di pergantian hari….

Hari berlalu. Kini tiba di akhir April. Tepatnya, Minggu 28 April 2024. Di agenda ibadah Minggu pukul 07.30 Wib, tertera, ada koor kaum bapa.

Aku anggota tenor satu. Sudah bersiap, namun Mumun, sekretarisku kirim w/a berisi undangan peresmian Posyandu RT 12, Kelurahan Grogol, Kota Depok. Pukul 07.30 Wib juga. Solusinya, ikut ibadah pukul 10.00 Wib saja. Apa hubungannya dengan Posyandu?. Harus hadir kah?. Apa boleh diwakilkan?. Panitia mengontak langsung. Acara segera dimulai.

Benar saja. Para undangan sudah duduk menunggu. Ada agenda edukasi tentang stunting. Paling dinanti laporan ketua panitia. Poinnya, biaya total pembangunan.Rp. 300 juta.

Tahap satu Rp 93 juta, hasil swadaya warga. Kenapa harus hadir?. Lahannya, sumbanganku, dua tahun sebelum pandemi. Jadilah celebritis. Dihujani ucapan terima kasih oleh semua pemberi sambutan. Giliran memberi sambutan.

Kuapresiasi kekompakan warga. Termasuk, kompak menghabiskan kaveling. Tak menyisakan satu pun buatku, untuk kenang kenangan, ucapku bergurau. Apa latar, harga kavelingnya dulu relatif murah. Sampai sertifikat terbit atas nama pembeli.

Harga tak sampai satu juta rupiah per meter persegi. Kuatur luasan standar 6m x 11,5m, berarti 69 meter persegi per kaveling. Kenapa harus seluas itu?. Segmen pasarnya keluarga muda. Rumah, cukup 2 kamar. Luas lahan aslinya 2400 m2. Dikurangi untuk jalan dan saluran, terbentuk 24 kaveling (70% lahan) siap jual. Laris manis. Tak sampai setahun, sudah habis terjual. Kok bisa?. Strategi harga….

Harga per kaveling itu tak sampai Rp 65 juta. Batas bebas biaya pensertifikatan. Sangat menolong bagi para calon pembeli yang dominan korban gusuran. Biaya transaksi hanya biaya notaris plus pajak pembeli. Murah sekali dibanding di tempat lain. So, sertifikat terbit tanpa biaya. Karena nilai transaksi, dibawah batas bebas biaya sertifikat.

Kusisihkan 35 m2 untuk posyandu. Itulah yang diresmikan pagi itu. Saat memberi sambutan, kuminta staf mengeluarkan oleh-oleh dari mobilku. Kuserahkan 2 payung pantai. Plus 10 kursi baso. Posyandunya pun colourful.

Instagrammable. Dan pak lurah tergugah. Rp 80 juta dialokasikan untuk penyelesaian lantai dua… Diakhir acara, terlihat wajah sumringah, menyambut akhir April berkah.. Sebuah sentuhan kecil, ditanam 4 tahun lalu, dituai di akhir April. Tahun 2024 penuh berkah, paska ujian besar dua tahun masa pandemi.

Kuposting dari Cinere, Minggu, 28 April 2024. Selamat buat warga RT 012 Grogol. Kudedikasikan buat Heru, ketua pembangunan, Saman Ubay, ketua RW 12 dan lurah Grogol, Boni Sobari Kusumah, SH., yang duduk seakan pasien pertamaku di peresmian posyandu ini. Terlampir juga foto bersama Dahlan Iskan, Ibu Nafsiah dan Rita, isteriku di agrowisata, Pacet, Mojokerto.

Kedua kisah diatas menjadi testimoni Tabur Tuai di era kekinian. Satu berupa fisik dan satunya, non fisik. Getaran jiwa. Bahasa daerah kami, Manghuling do mudar…