KAWANUA Tomohon, – Keluarga almarhumah Agitha Wajong (27), warga Kalurahan Matani Tiga, Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut), bakal Polisikan pihak RS Bethesda Tomohon.

Pihak keluarga menuntut tanggungjawab terkait penanganan terhadap Agitha yang meninggal dunia 5 Oktober lalu setelah mendapatkan perawatan medis di RS Bethesda.

Menurut keterangan Orang Tua dan Suami dari Agitha, saat melakukan perawatan di RS Bethesda mengalami Malpraktik.

“Anak kami Agita sebelum dilakukan operasi di vonis menderita penyakit Kista, pada bulan Februari saat dilakukan pemeriksaan di Bethesda,” ungkap Selfie Pondaag kepada sejumlah wartawan di D’ Ce Cafe di kompleks Pemkot Tomohon.

Namun, lanjut Selfie, setelah dilakukan penanganan medis, Agitha justru dioperasi di bagian usus.

Bahkan, kata dia, dari penjelasan salah satu Dokter di Bethesda, ada selang yang tertempel di usus hingga dilakukan operasi hingga tiga kali.

“Ya, anak kami menjalani operasi sebanyak 3 kali, pertama pada Tanggal 4 Agustus, kedua 11 Agustus, dan ketiga pada awal Bulan September,” bebernya.

Usai dioperasi, lanjut dia, Agitha dipulangkan oleh pihak RS. Namun, beberapa hari kemudian drop sampai tidak sadarkan diri sehingga dilarikan ke RS Siloam.

“Setelah dilakukan pemeriksaan di Siloam, beberapa jam kemudian di rujuk ke RSUD Ptof Kandouw,” bebernya.

Selfie menjelaskan, saat dilakukan pemeriksaan di RS Kandouw mereka menjelaskan bahwa Agitha menderita penyakit Kista, namun sudah terjadi infeksi di bagian usus atas tindakan operasi oleh pihak RS Bethesda.

“Pihak RS Kandouw saat itu melakukan tindakan operasi dan berhasil mengeluarkan Kista yang bersarang di kandungan anak kami,” terang Selfie yang diiyakan Paul Wayong bapak Agitha dan Geovani Wuisan yang diketahui sebagai suami Almarhuma Agitha.

Namun, Selfie mengungkapkan, penanganan medis yang dilakukan RS Kandouw akibat infeksi di bagian usus lantaran operasi di RSUD Bethesda tidak mampu menyelamatkan Agitha.

“Jadi dari keterangan pihak RS Kandouw, anak kami infeksi pada bekas operasi di usus. Agitha tidak terselamatkan hingga menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 5 Oktober,” ucap Selfie.

Dikatakan, pihak keluarga sangat kecewa dengan pelayanan RS Bethesda, yang melakukan operasi terhadap Agitha hingga menyebabkan infeksi di bagian usus.

“Bagi kami ini adalah malpraktik. Kami akan mengambil tindakan hukum atas kejadian terhadap anak kami,” tegasnya.

Menurutnya, pihak RS Bethesda harus bertanggungjawab atas meninggalnya Aghita Wajong.

“Ini kami lakukan, supaya kejadian serupa tidak terjadi pada orang lain. Kami akan melaporkan ini ke pihak berwajib supaya tidak ada lagi Aghita di hari yang akan datang,” tukasnya.

Sementara Direktur RS Bethesda, Dr. Ramon Hamiman, ketika dikonfirmasi belum memberikan keterangan terkait hal tersebut.