DI TENGAH BADAI TEROR

Jull Takaliuang adalah salah satu dari deretan perempuan cerdas Sulawesi Utara.

Sosok perempuan sederhana dan bersahaja ini, termasuk aktivis yang tak mengenal takut.

Tak sedikit terror, ancaman pembunuhan dan pelecehan yang dialaminya.

Ia tetap kokoh, tak goyah memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terpinggirkan. Ia bekerja keras memberdayakan dan mendidik masyarakat yang terabaikan di Sulawesi Utara.

“Saya pernah dicekik oleh anggota paramiliter saat kasus Buyat di tahun 2007. Kemudian, di kasus MSM, saya jadi tahanan rumah. Pernah diserempet hingga nyaris masuk got. Mobil saya juga pernah diancam dibakar,” ujarnya.

Takutkah dia?

“Rasa takut hanya akan membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, kita tetap perlu waspada,” kata Jull.

Selain konsisten mengabdikan dirinya dalam membela hak-hak kaum tertindas dan kepentingan masyarakat umum, di mata para perempuan dan anak Sulawesi Utara, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulut dan Satgas Masalah Perempuan Sulut, dipandang sebagai penolong mereka.

Ia selalu berada di tengah persoalan kekerasan pada anak dan kaum perempuan. Ia membela mereka, menolong mereka, menghibur mereka. Dan mereka semua mencintainya.

Maka tak heran apabila Benni E. Matindas –Budayawan, penulis buku-buku filsafat dan tata Negara—asal Sulawesi Utara menilai sosok Jull Takaliuang figur yang paling paripurna dari aspek integritas.

“Jull Takaliuang sudah terbukti setia mengabdi untuk Sulawesi Utara. Ia konsisten, berani dan cerdas memperjuangkan kepentingan orang banyak. Sudah seIama bertahun-tahun ia berjuang di semua lini, dari pemberdayaan ekonomi rakyat kecil, pelestarian lingkungan hidup, advokasi hak-hak rakyat yang terpinggirkan, perjuangan untuk perlindungan perempuan dan anak-anak,” kata Benni Matindas.