BOLMUT,- Perasaan Hubert Ignatius Tatara Sp.A riang gembira. Sebab, selama sebulan terakhir, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ini, bisa melakukan pelayanan untuk bayi dan balita yang terindikasi mengalami Stunting pada tahun ini.

“Saya sangat senang dan memberikan apresiasi positif untuk respon cepat yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi Stunting selama sebulan terakhir di daerah ini. Saat ini banyak anak yang terindikasi Stunting yang dibawa ke poli anak untuk dikontrol guna memastikan mereka mengalami Stunting atau tidak,” kata Tatara.

Di Bolmut saat ini ada 84 anak terduga stunting yang berhasil dijaring di 6 kecamatan. Terduga stunting dari hasil penjaringan sementara tersebar di 6 kecamatan, dengan jumlah terbanyak berada di Puskesmas Ollot, Bolangitang dan Boroko.

“Jumlah yang banyak ini bukan berarti sudah banyak Stunting, tapi ini mengindikasikan bahwa proses penjaringan yang dilakukan oleh pihak terkait sangat baik. Sebab untuk memastikan seseorang itu Stunting harus ada diagnosa pasti dari dokter speaialis anak,” katanya.

Untuk mendapatkan data yang valid terkait bayi/balita yang terindikasi Stunting menurut Tatara harus dilakukan penjaringan full diseluruh wilayah.

“Terutama di posyandu, harus didata anak-anak yang ada di daerah layanan agar dapat teridentifikasi apakah sehat, atau terindikasi Stunting akibat asupan gizi kurang atau karena sakit seperti TBC,” ujar Tatara

Penjabat Bupati Bolmut Sirajudin Lasena mengungkapkan pemerintah daerah terus bekerja keras untuk mengatasi Stunting dengan dialokasikannya anggaran dan program dari insentif fiskal senilai Rp 7,1 Milyar.

PJ Bupati, perluas kerja utk jaring Stunting, jgn smpe berpengaruh pada kebijakan yg diambil.
Insentif fiskal, penurunan Stunting, miskin ekstrim, penekanan inflasi.

“Kalau ditanya soal komitmen, saya paling komit untuk mengatasi Stunting. Saya tidak tega melihat ada anak-anak yang menderita Stunting di daerah ini,” tegasnya.

Generasi Stunting menurut Sirajudin harus dibantu agar bisa hidup sehat dan kuat serta bisa diandalkan dalam membangun daerah kedepan.

“Stunting ini tak hanya menjadi persoalan Dinas Kesehatan, dan KB tapi persoalan kita semua. Makanya saya minta Sangadi dan pihak terkait lainnya untuk melihat lingkungan sekitar, naik turun rumah seperti yang saya lakukan untuk memastikan semua anak dalam keadaan baik-baik saja , sehingga pemerintah tak salah menerapkan kebijakan akibat ketidakakuratan data,” ujar Sirajudin.

Ia mengaku keadaan keluarga bayi penderita Stunting sangat miris ketika dikunjunginya saat dilaksanakan Goverment care.

“Miris memang kehidupan mereka, rumah tinggal dan sanitasinya sangat buruk, sangat kompleks persoalannya. Makanya perlu kerjasama kita semua untuk memastikan Stunting bisa diatasi,” ungkapnya. (*)