KAWANUA Tomohon,- Insentif 3% untuk Direksi RSU Bethesda Tomohon, sesuai Surat Keputusan (SK) Yayasan Medika GMIM yang dikeluarkan pada Tahun 2015 yang lalu.
Hal tersebut sudah sempat diungkapkan Ns. Natalia Kaligis, salah satu pegawai RSU Bethesda pada aksi penolakan Direksi yang baru, Jumat (14/1/2022) yang lalu.
“Ya, Tanggal 1 September 2015 saat masih pengurus Yayasan sebelumnya, Yayasan Medika GMIM mengeluarkan SK terkait insentif 3% dari pendapatan, di luar tunjangan dan gaji,” ujar Natalia.
BACA JUGA: Sentralisasi 350-500 Juta Picu dr Ramon Amiman Cs Dicopot Dari Direksi RSU Bethesda Tomohon
Namun, pada 21 Agustus 2020, terjadi lagi pergantian Pengurus Yayasan yang saat ini masih menjabat.
“Nah, di tanggal 19 Nov 2020, Direksi rapat bersama Yayasan. Dari situ insentif Direksi dihapus oleh Yayasan, dengan alasan tunjangan dinaikkan. 24 November 2020, RS terima SK tentang tunjangan struktural yang sudah dinaikan,” bebernya.
Selanjutnya…
Hal tersebut pun kemudian dibenarkan Plt Direktur RSU Bethesda Tomohon DR dr. Yanti Langi. Menurutnya kronologi yang diungkapkan Natalia terkait masalah yang di Bethesda benar.
“Kronologis yang disampaikan itu benar, tapi ada penjelasannya. Pertama, dari evaluasi Yayasan, jika ada masalah mengenai keseragamaan pengelolaan keuangan,” ungkap Yanti saat itu.
Namun, berbeda dengan apa yang disampaikan Ketua Pembina Yayasan Medika yang juga sebagai Ketua Sinode GMIM Pdt DR Hein Arina, saat Rakor BPMS dan Ketua-ketua BPMW GMIM, Senin (18/1/2022).
BACA JUGA: Pakai Shift Gelar Aksi Penolakan, Pasien di RSU Bethesda Tomohon Tetap Dilayani
Dalam rapat yang disiarkan langsung melalui akun Facebook Multimedia GMIM, Arina mengungkapkan, bahwa dirinya melarang pemberian insentif 3% dari pendapatan kepada direksi.
“Jadi jika pendapat Covid-19 sekitar 10 Milyar, berarti pendapatan Direktur adalah 300 Juta. Tidak ada itu, ini Gereja. Maka saya katakan naikan gaji Direktur sebesar 30 Juta, lebih tinggi dari gaji saya,” ungkap Arina.
Itu menurut Arina beru gaji Direktur, belum tunjangan. “Saya harus terbuka. Supaya warga GMIM tau,” bebernya.
Insentif 3% Untuk Direksi RSU Bethesda Tomohon Ditanggapi Jemaat
Hal itu pun menuai komentar dari jemaat terkait insentif 3% terhadap 3 Direktur yang ada di RSU Bethesda Tomohon.
Selanjutnya…
“Yang mengeluarkan kebijakan insentif 3% untuk direksi adalah Yayasan. Sebaiknya Ketua Pembina Yayasan, Pak Arina harus menjelaskan itu di saat Rakor baru-baru ini,” beber Rocky Moniaga salah satu jemaat GMIM di Minahasa Utara.
Menurutnya, dari keterangan perwakilan karyawan RSU Bethesda, yang di iyakan Plt Direktur dr. Yanti Langi, bahwa itu bukan keinginan Direksi.
“Jangan seolah-olah menyalahkan Direksi terkait insentif tersebut, karena itu kebijakan Yayasan,” bebernya.
Senada diungkapkan Arter Moningka dari jemaat di Wilayah Tomohon Tiga, terkait penghapusan insentif 3% itu, sangat disayanginya.
Karena, kata dia, momen penghapusan insentif dilakukan dimasa pendapatan RSU Bethesda yang naik signifikan gara-gara penanganan pasien Covid-19.
“Menurut saya ini ada faktor kecemburuan. Karena, kenapa kebijakan yang dikeluarkan Yayasan itu seakan dianulir pembina Yayasan saat pendapatan meningkat pesat. Kenapa tidak dilakukan dari awal ia menjabat sebagai Ketua Pembina Yayasan,” tanya dia.
Dia kemudian menyampaikan prasangka tak sedap atas keputusan Yayasan terkait insentif itu.
“Kenapa di hapus saat pendapatan banyak. Ada apa? Apa Yayasan dan pembina tak bisa terima pendapatan Direksi di RSU milik GMIM lebih banyak dari insentif mereka,” beber Wakil Ketua Komisi Remaja Syaloom Tumatangtang itu.
BACA JUGA: 3 Direktur Diganti, Peti Mati dan Krans Hiasi Pintu Gerbang RSU Bethesda Tomohon
Menurut dia, para pemimpin Yayasan dan Pembina, memang berhak mengambil keputusan pada setiap unit kesehatan milik GMIM.
“Namun, walaupun insentif tersebut harus ditiadakan, tapi jangan membuat opini seakan kebijakan itu adalah dari Direksi setiap RS milik GMIM. Silahkan hapus, tapi jangan salahkan Direksi. Kan Yayasan yang keluarkan SK,” tegasnya.
Meski begitu, dirinya berharap masalah ini cepat berlalu. Karena, kata dia, jika masalah ini berlarut-larut banyak hal yang harus dikorbankan termasuk kesehatan pasien di RSU Bethesda.
“Kualitas pelayanan pasti terganggu. Nasib karyawan RSU Bethesda Tomohon juga pasti terancam jika roda organisasi di sana tidak baik,” ucapnya.